Monday, April 06, 2009
Blonde Moment
Girlfriend: Oh gosh that's terrible, how could that happen?
Boyfriend: Something fucked up must have happened with their machine.
Girlfriend: I heard that the co-pilot, one of the victims, was the son of Pangdam Iskandar Muda.
Boyfriend: Yeah...
Girlfriend: Pangdam Iskandar Muda... that's a big name...
Boyfriend: Yeah it is...
Girlfriend: And what location is under his command, actually?
Boyfriend: What?
Girlfriend: That Pangdam Iskandar Muda...
Boyfriend: ???... He's in... Iskandar Muda...
Girlfriend: OH! That's not his name???
.......
.......
PS: My deepest condolences go to all the family of the victims of the Fokker 27 TNI AU that crashed in Lanud Bandung, today.
Monday, March 23, 2009
Dangdut Bliss; Strike Three!!!
Couple of months ago, I decided to go on a list, of things I have to do before I die. The idea is not new, of course, tapi saya sungguh merasa bahwa hidup itu adalah sebuah perjalanan linear yang tak mungkin bisa di rewind. So might as well live everything to the fullest while you still can, feel everything, taste everything, see everything, pursue everything that comes across your mind.
One day, it's that 'diskotik dangdut' that comes across my mind.
I have always wondered what's it like inside. They're so kitschy looking, really. I wanna take a look and prove all the stereotypes, all the cliches. Must be one helluva adventure, I thought. Tapi tentu saja, meski sudah membujuk rayu sana sini dengan pandangan mata anak kucing, lirikan menggoda sampai debat filosofis absurd tak menentu, tidak ada satu orang pun yang sudi menemani saya :p sehingga, pelan2 aspirasi itu pun terlupa.
Sampai hari ini! Karena malas naik taxi hari ini saya memutuskan untuk pulang naik angkot. Karena diluar hujan, jalan cukup macet, pun angkot yang saya naiki sepi, cuma dihuni dua penumpang. Saya yang sebatang kara di belakang, dan seorang mas2 di samping abang supir.
Mungkin karena bosan terjebak macet, si abang supir pun menyalakan radio. Entah radio apa. Pertama sih ngobrol2 nggak penting, sampai tiba2 terdengarlah sebuah lagu dangdut disko dengan sentuhan etnis... nyehehe...
Etnis as in... semacam dangdut kerawangan disko disko what the fuck apa pun itu laahhh... mari kita tidak terjebak dalam genre, karena genre itu adalah konsep pengkategorian yang soooo tidak postmodern (cuih...) mengutip kalimat yang pernah dilemparkannya sewaktu baks di tepi danau UI jaman dahulu kala... :p
Saya sesungguhnya cukup terpana oleh lagu itu karena nadanya yang cukup catchy dan teknik vokal penyanyinya yang cukup khas. Simon Cowell selalu menceramahi para kontestan American Idol yang nekad membawakan lagu karangan mereka sendiri dengan... "Itu tidak catchy!", well Simon, ini yang catchy! Ini! Liriknya pun juara!
Berikut sekilas penggalan lirik yang terus terngiang2 di kepala saya...
"Nyeri nyeri nyeri tak kan bisa terobati
Biar berantakan mati pun tak penasaran
Mumpung masih muda belum punya keturunan
Kita cerai saja talak tilu sekalian..."
Now that's the real deal, Simon! I can even feel her pain! Lagu ini sungguh merupakan representasi kultur yang real, it's relatable! Saya jadi inget asisten rumah tangga ibu saya dulu, cantik sekali dia, umurnya baru 21, sudah cerai dua kali.
Saya masih terjebak dalam imajinasi2 aneh ketika berangsur lirik yang diulang2 itu memasuki fase fade out. Sungguh menarik, saya pikir. Lumayan lah menghibur di saat macet2 begini... tapi lagunya sudah habis... ya sudahlah tidur saja... daripada bosen...
Tapi saya salah! Tidak mungkin tentu bosan merundung ketika lagu berikutnya datang berkunjung! Things are just beginning to get even more amusing, really. Untuk yang kedua ini saya akan mendeskripsikannya sebagai "Rockdut gospel dengan sentuhan jazz"!
Saya tidak bisa menangkap dengan jelas sesungguhnya keseluruhan lirik yang dinyanyikan karena si penyanyi -- yang suaranya terdengar seperti hybrid antara Otong Koil dan Rhoma Irama-- menyanyikan keseluruhan lagunya dengan geraman berirama. Ya! Geraman berirama!
Geraman berirama penuh sinergi spiritualitas lebih tepatnya. Ide yang tidak baru, sesungguhnya, lihat As I Lay Dying, atau Stryper, atau Purgatory, atau apa pun itu lah! Sinergi spiritualitas mengalir lewat geraman sang penyanyi seperti pada lirik...
"Ada duit, ada rumah, ada sawah, alhamdulillaaaaaaaahhhh...."
Meskipun geramannya membuat liriknya sedikit sulit dicerna, tapi saya masih bisa menangkap satu dua patah pesan seperti keinginan naik haji, serta ucapan terima kasih akan rezeki. Menyentuh, namun liarrrr! Tentunya saya tidak melupakan alunan syahdu yang muncul nyaris di penghujung lagu. Tiupan saxophone template yang lirih, begitu tiba2, begitu tak terduga, begitu juara!!
Tapi sekali lagi tunggu, saya memang gegabah mengeluarkan kata juara... karena begitu lagu ketiga dimainkan, degup jantung saya seolah mengatakan that i'm about to hear the real deal! The real deal! Inilah juaranya! Inilah!
Lagu dibuka dengan tiupan seruling yang sangat lirih, lirih sekali menyayat hati. Terdengar kemudian suara isakan laki-laki. Perih, perih dan merintih...
Saya hanya ingat sepenggal lirik yang ia nyanyikan... tapi cukuplah untuk menggambarkan betapa nestapanya pria ini...
"Carikan pisau untuk ku potong nadi...
Carikan tali untuk ku gantung diri...
Aduduh... aduduh... kupatah hati...
Mau bunuh diri... tapi kuu takut maaati...
Kuuu takut matiii...."
Galau! Sungguh! Everybody Loves Irene, kalian seharusnya malu! Inilah galau terbaik abad ini. Saya menyesal sudah memvoting kalian berkali-kali di AVIMA 2009 untuk 'best melancholy masterpiece'. Saya malu!! Inilah melancholy masterpiece yang sesungguhnya! Kalian tidak ada apa-apanya!
Tepat ketika lagu melancholy masterpiece itu berakhir, tiba pulalah angkot saya di depan kompleks saya. What a bliss, strike three! Berikutnya, ayo siapa yang mau menemani saya ke diskotik dangdut? Marilah kemari hei hei heiiii....
..........
absurd.... hehehehehe....
Tuesday, March 17, 2009
What a Beautiful Waste of Sunshine...
What a stupid waste of sunshine
A funeral pace down a favourite street
But I have to come home sometime, I suppose
Don’t be hopeful on my behalf
I’d like to offer my resignation
And strangle myself with a football scarf
Or act in self-defenestrationhttp
Yeah, I have seen better days
The weekend was mine to waste
I had nothing to do
And you had nothing to do with me
And I try, and I try, and I try your patience
How low must your expectations be?
Goodness gracious me
Goodness gracious me
.............
Wednesday, March 11, 2009
Sunday, March 01, 2009
Between Phoebe Buffay and Calvin (and Hobbes)
I wouldn't want to bore y'all with all the yada yada about this type of personality. (Though, if you're interested enough, you can quite take a peek on it here.) What interested me most is the fact it's stated that people with INFP is often set off from the rest of humanity because of its scarcity. Being found only in around one percent of the rest of the population.
If any of these could describe, INFP found in characters such as href="http://en.wikipedia.org/wiki/Calvin_(Calvin_and_Hobbes)">Calvin(from Calvin and Hobbes), Phoebe Buffay/Princess Consuela Bananahammock, William Shakespeare, A.A Milne , and E.T! What? E.T?! (and i can imagine venie laughing her fucking ass off).
It's also stated that Literature/Writer, Humanity, Web-Design, Philosophy and Archeology are the top five most suitable occupations based on the INFP personality type. Hahah... neat...
And of course, who could express these whole yada yada better than the song about that outcast cat? Phoebe understands it really well.
Three, four...
Smelly Cat, Smelly Cat,
What are they feeding you?
Smelly Cat, Smelly Cat
It's not your fault...
They won't take you to the vet
You're obviously not their favorite pet
Smelly Cat, Smelly Cat,
It's not your fault....
Monday, February 23, 2009
... dan labirin adalah labirin
... masalahnya tidak ada kuda sembrani
atau jembalang yang berlari melangkahi pelangi
dan labirin adalah labirin
dengan tanah merah yang liat tempat kaki menjejaki
matahari buat ia kering sendiri
dan kaki-kaki makin terpatri
kita bisa apa lagi?
dan labirin adalah labirin
bukan tongkat sihir dan jentik jari
mampu urai rumit kelok hilang sendiri
*picture was taken from http://www.assyriatimes.com/images/labyrinth.jpg
Sunday, February 08, 2009
Express Taxi Sucks Big Time!
So here's how it was... it's 4.30 PM this afternoon and I was going to my friend's house in Bintaro. My plan was to grab some of my friend's rare movie collections so I brought my portable hardisk along with me. The sky was pretty dark in Pondok Pinang, where I live, and it was obviously going to rain. I wouldn't want to risk my portable hardisk getting soaked in the rain so I chose to take a taxi, also because I wasnt really quite familiar with the streets in Bintaro, though it's obviously not very far from Pondok Pinang.
I took an Express Taxi, greeted the driver as I got in the car as I always do and told him that I wanted to go to Bintaro. As a response to that, he asked me which Bintaro sector I wanted to go. Now, the only direction that my friend gave me was to find 'Organon' first (i didn't know where the Organon was at that time), and then from there, I could call her and she would direct me to her place. So that's what I did, I told the driver, politely, to find Organon first.
But in turn he gave me this response:
"Organon? Itu kan dekat banget! Macet"
Mind you, he said those sentences with a very high tone so I was quite set off. I told him that my destination is not Organon, it's still quite far from Organon but I need to get to Organon first. Guess what he said next?
"Itu depan sana ada angkot ke Organon. Naik angkot aja!"
WTF??? I thought. You are not talking to me like that, oh no.. no.. you are so not talking to me like that. I was already frickin pissed by that time, but I decided not to unleash the mama bitch yet. I was provoked, but at the same time I also know that he has automatically set off himself in big trouble with those words he said. So I decided to play along.
"Tempatnya masih jauh, Pak, dari Organon. Bapak baru aja menyuruh saya naik angkot? Saya bisa komplain ke Express atas perlakuan Bapak!"
I asked for his name and he was silenced a bit. But not for long. Apparently the taxi had reached that place called Organon.
"Dari sini kemana lagi, anak muda?!" He said with an annoyed tone.
Jesus, if I wasn't too angry at that time, I would laugh my ass off. But I was furious, and I couldn't stand his impoliteness. Oh how I would love to kick him at that time, but the rain has already falling outside and to kick his ass would obviously mean to jump straightly out of the car right after I kick him and voluntarily get myself soaked by the rain, so I decided to doo some woosahh... woooosaaaahhh...
"Ini Organon, Pak? Kalau emang udah sampai spot yang namanya Organon, kita belok kiri."
But instead of turning his car to the left he said:
"Anak muda, saya tidak suka nada bicara anak muda tadi waktu bilang saya menyuruh anda naik angkot! Bukan begitu maksudnya!"
What? Oh oh, yeah... I know what you want now, you jackass. You want to push it, don't you? Better not push it too far, really. Mama bitch is not nice. She's noooot nice.
But of course he chose to push it too far.
"Jangan lah sembarangan bicara, anak muda! Siapa juga yang nyuruh anda naik angkot! Sembarangan! Saya tidak senang! Saya juga punya hati!"
Dia bilang dia juga punya hati????? Yeah yeah those of you who are reading it right now, I know you're laughing. Yes yes it was funny, but at that time I really couldnt get the joke. So I told him, furiously:
"Saya juga tidak senang Bapak tidak sopan sama saya, bicara dengan nada kasar, menyuruh saya naik angkot padahal diluar sedang hujan, dan memanggil saya dengan panggilan 'anak muda' yang terdengar melecehkan! Ya, saya tidak suka! Dan saya akan melaporkan pada Express! Karena saya ti-dak-su-ka! TIDAK SUKA!"
And he said...
"Alaaahh... JANGAN TERLALU SENSITIF LAH!"
OVERLYSENSITIVE? ME? MOI? EIKE SENSITIP? Sensitive my ass! That's it, I'm not going to take this stupid driver's nonsense anymore.
"Bapak yang sensitif!! Kalo nggak mau narik gak usah jalan lah!"
"Ya udah TURUN AJA!!!"
HAH? Did he just say thaaaat? Did he just forced me to get out of his car right in the middle of the rain? That's it. He's so done. I'm so going to call that FUCKING EXPRESS and he's so going to get fired. That's it for him. Weep later you son of a bitch!
I was going to reach for my money in my wallet and giving him the classic 'throw money on da face' gesture before he said "Gak usah bayar!"
So i retorted "Bagus! Siap2 aja dipecat!" and slammed the door real hard i'm sure i would win a guiness record if there's a category for that.
What a jackass! And Express is really going to pay a whole fucking lot if they dont do anything to that dumb morron. So I picked up my phone, dialed their numbers, and demanded them to send me the copy of his warning letter no late than this end of the week, or I'll fuck their image off. I have ways of doing that. Waaaays.
Tsk!
Thursday, February 05, 2009
Um al-Mumenin (Mother of the Believers)
Saya belajar untuk melihat betapa kompleksnya posisi perempuan di mata Islam. Hari ini, ketika saya membaca kasus Um al-Mumenin, kompleksitas posisi perempuan itu terpapar kembali di mata saya.
Samira Jassim, 51 tahun, telah ditangkap oleh polisi Irak tanggal 21 Januari kemarin. Atas tuduhan telah merekrut lebih dari 80 perempuan pelaku bom bunuh diri, serta turut merencanakan dan berpartisipasi dalam puluhan serangan militan di Irak. Samira Jassim menyebut dirinya sendiri Um al-Mumenin atau Mother of the Believers dan adalah anggota dari grup militan Islam, Ansar Al-Sunna.
Menurut pengakuannya, para militan memilih perempuan sebagai pelaku bom bunuh diri, karena mereka lebih mudah menyembunyikan explosives di balik burqa mereka, serta kerap lolos begitu saja dari pemeriksaan security officer yang mayoritas laki-laki.
Mother of the Believers memiliki pola dalam merekrut para 'pejuang' perempuannya. Peran 'keibuan' Jassim adalah untuk mempersuasi para korban perkosaan, para perempuan-perempuan yang bermasalah dalam rumah tangga, para perempuan korban kekerasan dalam menghadapi rasa depresi mereka, rasa malu mereka, dengan cara menawarkan menjadi suicide bomber sebagai satu-satunya jalan keluar. Sebagai satu-satunya metode redemption.
Dalam pengakuannya, ia juga menyebutkan, bahwa organisasi militannya juga menggunakan metode 'organized rape' atau perkosaan yang terorganisir untuk memperbanyak jumlah perempuan yang bisa 'jatuh' dalam persuasinya, untuk kemudian menjadi suicide bombers.
Mind you, people. Do you realize what that means? Artinya, mereka melakukan tindakan-tindakan perkosaan terencana, untuk menciptakan lebih banyak perempuan yang depresi. Dalam society dimana perkosaan dilihat sebagai KESALAHAN si korban, bisa dibayangkan betapa malu, betapa tersiksa, dan betapa tertekannya perempuan-perempuan yang menjadi korban perkosaan. And all these as a deliberate action??? Aksi yang terencana? Dont even bull shit me about the noble goal afterward... menurut saya mereka, para militan itu, adalah jahat, mereka adalah kotoran yang tidak pantas ada di muka bumi ini. Dan tujuan 'mulia' mereka adalah bullshit.
Betapa kompleksnya posisi perempuan pada society itu! I tell you, pada society dimana... katakanlah... perempuan tidak dianggap sebagai pihak yang dikriminalisasi dalam kasus-kasus perkosaan, hal ini akan sulit untuk terjadi. However, mata dan telinga saya rasanya belum berhenti mem-perceive kasus-kasus semacam ini. Mungkin perlu dekonstruksi besar-besaran pada mindset society itu, untuk bisa menghentikan kasus pendiskreditan perempuan semacam ini terjadi berulang kali.
Anda bisa lihat berita tentang Um al-Mumenin di:
http://www.alarabiya.net/articles/2009/02/03/65643.html
http://news.yahoo.com/s/afp/20090203/ts_afp/iraqunrestarrest
http://news.bbc.co.uk/2/hi/middle_east/7869570.stm
Wednesday, February 04, 2009
Um al-Mumenin (Mother of the Believers)
Saya bingung harus bereaksi apa ketika membaca berita tentang perempuan yang menyebut dirinya sendiri sebagai Um al-Mumenin (Mother of the Believers) ini. Sedih? Ya, saya hampir menangis memikirkan nasib para perempuan yang menjadi korbannya. Marah? Pastinya, saya marah mengetahui bahwa ada orang yang sedemikian jahat di dunia ini. Terkejut? Sayangnya, tidak juga. Saya terlalu banyak membaca, dan melihat, dan mendengar, untuk mengetahui betapa banyak perempuan yang dibunuh oleh keluarganya sendiri atas nama kehormatan, dilarang mendapatkan edukasi, dilucuti hak-haknya dalam masyarakat, yang terjadi pada islamic society. Saya tidak menggeneralisasi, saya tahu bahwa tidak semua layer dalam Islamic society menempatkan perempuan pada posisi demikian, tapi begitu banyaknya kasus sedemikian yang terjadi, saya tidak terkejut lagi mengetahui adanya kejadian ini. Saya sedih, saya marah, tapi saya tidak terkejut.
Saya belajar untuk melihat betapa kompleksnya posisi perempuan di mata Islam. Hari ini, ketika saya membaca kasus Um al-Mumenin, kompleksitas posisi perempuan itu terpapar kembali di mata saya.
Samira Jassim, 51 tahun, telah ditangkap oleh polisi Irak tanggal 21 Januari kemarin. Atas tuduhan telah merekrut lebih dari 80 perempuan pelaku bom bunuh diri, serta turut merencanakan dan berpartisipasi dalam puluhan serangan militan di Irak. Samira Jassim menyebut dirinya sendiri Um al-Mumenin atau Mother of the Believers dan adalah anggota dari grup militan Islam, Ansar Al-Sunna.
Menurut pengakuannya, para militan memilih perempuan sebagai pelaku bom bunuh diri, karena mereka lebih mudah menyembunyikan explosives di balik burqa mereka, serta kerap lolos begitu saja dari pemeriksaan security officer yang mayoritas laki-laki.
Mother of the Believers memiliki pola dalam merekrut para 'pejuang' perempuannya. Peran 'keibuan' Jassim adalah untuk mempersuasi para korban perkosaan, para perempuan-perempuan yang bermasalah dalam rumah tangga, para perempuan korban kekerasan dalam menghadapi rasa depresi mereka, rasa malu mereka, dengan cara menawarkan menjadi suicide bomber sebagai satu-satunya jalan keluar. Sebagai satu-satunya metode redemption.
Dalam pengakuannya, ia juga menyebutkan, bahwa organisasi militannya juga menggunakan metode 'organized rape' atau perkosaan yang terorganisir untuk memperbanyak jumlah perempuan yang bisa 'jatuh' dalam persuasinya, untuk kemudian menjadi suicide bombers.
Mind you, people. Do you realize what that means? Artinya, mereka melakukan tindakan-tindakan perkosaan terencana, untuk menciptakan lebih banyak perempuan yang depresi. Dalam society dimana perkosaan dilihat sebagai KESALAHAN si korban, bisa dibayangkan betapa malu, betapa tersiksa, dan betapa tertekannya perempuan-perempuan yang menjadi korban perkosaan. And all these as a deliberate action??? Aksi yang terencana? Dont even bull shit me about the noble goal afterward... menurut saya mereka, para militan itu, adalah jahat, mereka adalah kotoran yang tidak pantas ada di muka bumi ini. Dan tujuan 'mulia' mereka adalah bullshit.
Betapa kompleksnya posisi perempuan pada society itu! I tell you, pada society dimana... katakanlah... perempuan tidak dianggap sebagai pihak yang dikriminalisasi dalam kasus-kasus perkosaan, hal ini akan sulit untuk terjadi. However, mata dan telinga saya rasanya belum berhenti mem-perceive kasus-kasus semacam ini. Mungkin perlu dekonstruksi besar-besaran pada mindset society itu, untuk bisa menghentikan kasus pendiskreditan perempuan semacam ini terjadi berulang kali.
Anda bisa lihat berita tentang Um al-Mumenin di:
http://www.alarabiya.net/articles/2009/02/03/65643.html
http://news.yahoo.com/s/afp/20090203/ts_afp/iraqunrestarrest
http://news.bbc.co.uk/2/hi/middle_east/7869570.stm
Um al-Mumenin (Mother of the Believers)
Saya bingung harus bereaksi apa ketika membaca berita tentang perempuan yang menyebut dirinya sendiri sebagai Um al-Mumenin (Mother of the Believers) ini. Sedih? Ya, saya hampir menangis memikirkan nasib para perempuan yang menjadi korbannya. Marah? Pastinya, saya marah mengetahui bahwa ada orang yang sedemikian jahat di dunia ini. Terkejut? Sayangnya, tidak juga. Saya terlalu banyak membaca, dan melihat, dan mendengar, untuk mengetahui betapa banyak perempuan yang dibunuh oleh keluarganya sendiri atas nama kehormatan, dilarang mendapatkan edukasi, dilucuti hak-haknya dalam masyarakat, yang terjadi pada islamic society. Saya tidak menggeneralisasi, saya tahu bahwa tidak semua layer dalam Islamic society menempatkan perempuan pada posisi demikian, tapi begitu banyaknya kasus sedemikian yang terjadi, saya tidak terkejut lagi mengetahui adanya kejadian ini. Saya sedih, saya marah, tapi saya tidak terkejut.
Saya belajar untuk melihat betapa kompleksnya posisi perempuan di mata Islam. Hari ini, ketika saya membaca kasus Um al-Mumenin, kompleksitas posisi perempuan itu terpapar kembali di mata saya.
Samira Jassim, 51 tahun, telah ditangkap oleh polisi Irak tanggal 21 Januari kemarin. Atas tuduhan telah merekrut lebih dari 80 perempuan pelaku bom bunuh diri, serta turut merencanakan dan berpartisipasi dalam puluhan serangan militan di Irak. Samira Jassim menyebut dirinya sendiri Um al-Mumenin atau Mother of the Believers dan adalah anggota dari grup militan Islam, Ansar Al-Sunna.
Menurut pengakuannya, para militan memilih perempuan sebagai pelaku bom bunuh diri, karena mereka lebih mudah menyembunyikan explosives di balik burqa mereka, serta kerap lolos begitu saja dari pemeriksaan security officer yang mayoritas laki-laki.
Mother of the Believers memiliki pola dalam merekrut para 'pejuang' perempuannya. Peran 'keibuan' Jassim adalah untuk mempersuasi para korban perkosaan, para perempuan-perempuan yang bermasalah dalam rumah tangga, para perempuan korban kekerasan dalam menghadapi rasa depresi mereka, rasa malu mereka, dengan cara menawarkan menjadi suicide bomber sebagai satu-satunya jalan keluar. Sebagai satu-satunya metode redemption.
Dalam pengakuannya, ia juga menyebutkan, bahwa organisasi militannya juga menggunakan metode 'organized rape' atau perkosaan yang terorganisir untuk memperbanyak jumlah perempuan yang bisa 'jatuh' dalam persuasinya, untuk kemudian menjadi suicide bombers.
Mind you, people. Do you realize what that means? Artinya, mereka melakukan tindakan-tindakan perkosaan terencana, untuk menciptakan lebih banyak perempuan yang depresi. Dalam society dimana perkosaan dilihat sebagai KESALAHAN si korban, bisa dibayangkan betapa malu, betapa tersiksa, dan betapa tertekannya perempuan-perempuan yang menjadi korban perkosaan. And all these as a deliberate action??? Aksi yang terencana? Dont even bull shit me about the noble goal afterward... menurut saya mereka, para militan itu, adalah jahat, mereka adalah kotoran yang tidak pantas ada di muka bumi ini. Dan tujuan 'mulia' mereka adalah bullshit.
Betapa kompleksnya posisi perempuan pada society itu! I tell you, pada society dimana... katakanlah... perempuan tidak dianggap sebagai pihak yang dikriminalisasi dalam kasus-kasus perkosaan, hal ini akan sulit untuk terjadi. However, mata dan telinga saya rasanya belum berhenti mem-perceive kasus-kasus semacam ini. Mungkin perlu dekonstruksi besar-besaran pada mindset society itu, untuk bisa menghentikan kasus semacam ini terjadi tanpa henti.
Anda bisa lihat berita tentang Um al-Mumenin di:
http://www.alarabiya.net/articles/2009/02/03/65643.html
http://news.yahoo.com/s/afp/20090203/ts_afp/iraqunrestarrest
http://news.bbc.co.uk/2/hi/middle_east/7869570.stm
Friday, January 30, 2009
hey you
come on give me
that o
Tuesday, January 27, 2009
pour toi part II (the thing is...)
you can practically converse that out, tell me anything, ask me just about anything, even one of those unimaginable things. or things that could got me scream and yell and shout and pout.
just let it out. sit down and talk.
don't say nothing.
you are something.
and i am something.
and we are something.
i told you i will try harder. i will try anything. i will try everything.
pour toi, mon cher, pour toi..
*picture was taken from http://francescacrescentini.wordpress.com/galleries/about/
Thursday, January 22, 2009
pour toi
i'm just like the rest
i am
i am
i'm just a girl
but for you
i can try
harder
Saturday, January 10, 2009
-------- Gumpalan Pikiran adalah Kuda Poni
kuda poni kecil binal nakal menari-nari
haus kelana tapi terkendara tali
karena terlalu bebas dia bisa mati
namun tak urung pula sesekali
jiwa jelajah liar terbang sendiri
di suatu sore dimana angin mengaburkan matahari
dan sitor situmorang mindik-mindik membisiki
...sereguk lagi aku mabuk akan gelegak cintamu...
maka berontak ia enggan satu dengan seisi sendi
gumpalan pikiran kuda poni kecil binal nakal tak tahu diri
melesat terbang tinggalkan bumi
untuk hinggap di pulau para illahi
menatapi kecil binal nakal itu pergi
para sendi pun meludah mengutuki sambil bernyanyi
pergilah kau pergi gumpalan pikiran yang memisahkan diri
kau bukan bagian dari kami lagi
----10/01/09, taman menteng
Thursday, January 01, 2009
On Terrorisms
Here's a comprehensive writing of my friend, hopefuly it would sort of give an angle in explaining the conflicts happening in Gaza recently. It is written in Bahasa, but you can PM me if you need an english translation of the writing.
---------------------------
Terorisme di Israel
Sungguh memilukan apa yang tengah terjadi di tanah Palestina 2 hari terakhir ini. Lebih dari 300 warga Palestina tewas dan 600 warga lainnya terluka akibat serangan angkatan bersenjata Israel. Ribuan warga lainnya yang terkepung di Jalur Gaza ditolak memasuki perbatasan Mesir. Julukan sarkastik bagi Palestina, yakni “penjara terbesar di dunia,” mencapai manifestasinya.
***
Kali ini, sama seperti sebelumnya, dalih yang digunakan Israel untuk melakukan serangan adalah demi melumpuhkan kekuatan militer Hamas. Dalam law of armed conflict (LOAC), dalih Israel ini disebut reprisals. Sebelumnya, dalih reprisals pernah diutarakan Israel guna melangsungkan serangan militer ke Beirut, Libanon pada 1969.
Berdasarkan LOAC, reprisals merupakan tindakan melawan hukum apabila tidak memenuhi tiga kondisi berikut ini: (a) sebelumnya, negara pelaku reprisals harus terbukti menderita kerugian akibat tindakan ilegal yang dilakukan negara/aktor lain; (b) negara bersangkutan tidak mendapatkan kompensasi atau permintaan maaf atas kerugian yang dideritanya; (c) negara bersangkutan melakukan pembalasan yang proporsional.
Dalam serangan kali ini, kondisi 1 dan 2 terpenuhi. Israel memang menderita kerugian atas serangan roket kelompok Hamas. Israel pun tidak mendapatkan kompensasi atas kerugian yang dideritanya karena, (1) Hamas bukanlah aktor negara; (2) Hamas tidak berniat untuk berdamai dengan Israel.
Problem timbul dalam kondisi ketiga. Apakah Israel melakukan pembalasan yang proporsional? Saya pikir tidak. Serangan udara massif oleh 60 pesawat tempur Israel terhadap daerah yang dihuni oleh 1.5 juta penduduk dan pengerahan 6500 tentara organik untuk melancarkan perang kota (urban warfare), dilihat dari sudut pandang manapun, bukanlah tindakan proporsional.
Operasi militer Israel kali ini, yang disebut Operation Cast Lead, malah melanggar 2 prinsip dasar dalam international humanitarian law (IHL), yakni indiscriminate dan menghindari collateral damage.
Pelanggaran terhadap indiscriminate, yakni serangan berhasil menewaskan korban sipil non-kombatan, dan bahkan turut meluluhlantakkan sekolah dan pasar. Ini bukan hal yang mencengangkan karena strategi serangan secanggih dan serapih apapun tentu tidak akan mampu menghindari korban sipil non-kombatan, apabila serangan dilancarkan ke daerah padat penduduk. Oleh karena itu, klaim Israel bahwa Operation Cast Lead diarahkan kepada Hamas adalah tidak valid. Alih-alih indiscriminate, Israel malah, “membakar gudang beras demi membunuh satu ekor tikus.”
Pelanggaran terhadap menghindari collateral damage, yakni serangan militer Israel menyebabkan kerusakan kepada infrastruktur publik yang seharusnya aman dari serangan, di antaranya adalah masjid di kamp pengungsian Jabaliya dan Universitas Islam di Gaza. Infrastruktur publik/sipil adalah tempat yang tidak boleh diserang, berdasarkan IHL. Lokasi dan tempat lainnya adalah dual-use target (tempat yang bisa digunakan untuk kepentingan sipil dan militer) dan cultural property (tempat/lokasi peninggalan kebudayaan).
Operation Cast Lead jelas problematik –untuk tidak menyebut “pelanggaran”- dalam kacamata hukum internasional. Di satu sisi, hukum internasional tidak terlepas dari sistem politik internasional yang anarki. Permintaan atas penghentian serangan dan penyelidikan atas pelanggaran hukum internasional mustahil terjadi apabila Israel masih didukung oleh Amerika Serikat. Terlebih lagi, Amerika Serikat bahkan turut menyalahkan Hamas yang dituduh memprovokasi Israel. Di sisi lain, masyarakat internasional yang di dalamnya ada PBB, Inggris, Prancis, Rusia, dan masyarakat Iran, Irak, serta Venezuela menginginkan serangan militer Israel segera dihentikan karena alasan kemanusiaan dan tidak memenuhi kondisi reprisals.
***
Dalam memahami serangan Israel saat ini, ada baiknya kita renungi kisah Alexander Agung dan bajak laut yang diceritakan oleh St. Agustinus ini (Chomsky: 2003). Suatu ketika, Alexander Agung bertanya kepada seorang bajak laut yang tertangkap, “Mengapa kamu berani mengacau lautan?” Bajak laut menjawab, “Mengapa kamu berani mengacau seluruh dunia? Karena aku melakukannya hanya dengan perahu kecil, aku disebut maling; kalian, karena melakukannya dengan kapal besar, disebut kaisar.” St. Agustinus menilai jawaban bajak laut itu, “Sangat bagus dan jitu.”
Operation Cast Lead menguatkan watak koersif Israel dalam menghadapi Palestina. Selain melalui instrumen koersif asimetris (tidak proporsional), Israel pun melakukan perang ideologi terhadap kelompok pembebasan Palestina, yakni menyematkan julukan “teroris/terorisme” bagi Hamas. Menarik untuk dicermati apa yang dinyatakan oleh Israel ini. Terorisme adalah, “... the deliberate creation and exploitation of fear through violence or the threat of violence in the pursuit of political change (Hoffman: 1998).” Berdasarkan definisi Hoffman, dan melihat serangan militer Israel yang tidak proporsional pada 2 hari terakhir ini, pihak yang lebih pantas untuk menyandang gelar “teroris” adalah Israel, bukan Hamas. Israel telah menciptakan dan mengeksploitasi rasa takut melalui kekerasan serta ancaman kekerasan demi mencapai perubahan politik.
-M HARIPIN-
Mahasiswa Pascasarjana Manajemen Pertahanan ITB-Cranfield University, UK.
(Artikel ini terbit di harian Seputar Indonesia (Sindo), Kamis 1 Januari 2009, rubrik Opini)
Wednesday, December 31, 2008
to sum up..
dan...
Saturday, December 27, 2008
Thursday, December 25, 2008
A day just like any other day
no sangria in a park
nor feeding animals in a zoo
but i am a fat ass and your belly is bulliable
and we ride along our bycicles until we lose our breaths
upon all of our morbid sense of humors
we fell in love with the cobra guy with piercings on his brows
i got you an edible action figure of yourself
colorful fabric paints you got me to color my shoes
fingers twirling under thousands of movie screens
and silence, just countless of silence under the spell of our books
that night when i'm in a joplin confession
you were thinking of the biggest chunk of pork in town
glowing aurora in a night sky on the corner of my eye
and you said that all the star patterns are making sense
oh it's such a perfect day
i'm glad i spent it with you
just a perfect day
you just keep me hangin on
you just keep me hangin on
*picture was taken from http://smilinglotus.com/pedro/images/art-MonsterCouple.jpg
song by lou reed - perfect day
Perfect Day - Lou Reed
(happy anniversary warporcus!)
Friday, December 19, 2008
Colorful! He said.
And all of a sudden I got Rolling Stone's song in my head.
"She comes in colors ev'rywhere;
She combs her hair
She's like a rainbow
Coming, colors in the air
Oh, everywhere
She comes in colors..."
Except that i DONT comb my hair. hahaha...
Wednesday, December 17, 2008
One Year Death of Aqsa Parvez - A victim of honor killing
Aqsa, then a 16 years old girl of Pakistani origin living in Ontario, Canada, was killed after she refused to wear a hijab and declared her desire to define her own identity (that included wearing clothes she chose, which apparently angered her pious family). A cheerful person who had a passion for music and dance, Aqsa was deeply loved by her friends (even up to this day they never forget to put flowers on her un-named tombstone, i'll get into that later. And set up a foundation to help oppressed teenagers). After her death, many of her friends claimed that during her live, she refused to wear the veil and would often change her clothing once she got to school, then change them back before going home.
A newsbreak by CBC reporyting Aqsa's killing a year ago:
http://www.youtube.com/watch?v=SpV_cJ5E0wQ&feature=related
I told you I'll get back to the story of her tombstone. After that one year, the only thing remains from Aqsa, is just a number '774' crafted by the cemetery employee in the Meadowvale Cemetery, Brampton. No name, no birth date, no date of death. No nothing.
Tarek Fatah, founder of Muslim Canadian Congress and author of Chasing a Mirage who admitted that he was disgusted by the killing said "A victim of an honour killing is always left in an unmarked grave. Imagine caring more about your faith than your child? When this happens, it shows they don't give a damn about her and the fact a family has chosen to not put the name on a grave proves the point that they are embarrassed and gives an insight into honour killings."
Other said that the grave has no headstone because neither the family nor the community wanted one for her. Aqsa's family adopted a Wahabi belief, which are said to be against headstones. They claim it is worshipping the dead, which was forbidden by the religion.
Whatever the reason is, Aqsa's resting place is kept anonymous by her family, probably also as a symbol stressed by her sanctimonious community to deny her short-lived existence of non-conformity. The whole concept has became too familiar for me here, in our country... where the religious authority begun imposing values and tries to hush the non-conformists with violence, even with legal law...
Our UU-Anti Pornografi has been legitimized, it's now legal in our country to punish and criminalize woman who defy that pseudo-concept of virtuous clothing. I'm now counting the days where there will be more cases like Aqsa's here happening in our country. It may happen in ten years, it may happen in five years, or as short as tomorrow (remember, after the fall of Shah it only took Iran two years to become a nation full of religious fascists and their sick religious implementations), for all I know, it WILL happen. If we don't do anything about it. Are we going to defy?
Wednesday, December 10, 2008
Take me to the barbershop again!
Really, I dont. Isn't there so much to see while you guys are waiting?
I mean, today is the first time he asked me to accompany him to a barber shop and I realize that any other time he would pop the same question, I would most definitely answer with "hell yeah baby, count me in!".
I had fun! What not to like? Looking at boys being pampered and groomed... had their short frowzled hair being trimmed cautiously... got their barber chair tilted backward while the barber carefully smearing the creamy looking shaving cream on their cheeks and chins... seeing them closing their eyes as the sharp knife slowly move up and down on their skins...
What not to like? :p When I finally walked outside the barber shop I feel like I had just been bathed with pheromones.
Hahahah. I'm sick, I know.
Take me to the barbershop again!
Really, I dont. Isn't there so much to see while you guys are waiting?
I mean, today is the first time he asked me to accompany him to a barber shop and I realize that any other time he would pop the same question, I would most definitely answer with "hell yeah baby, count me in!".
I had fun! What not to like? Looking at boys being pampered and groomed... had their short frowzled hair being trimmed cautiously... got their barber chair tilted backward while the barber carefully smearing the creamy looking shaving cream on their cheeks and chins... seeing them closing their eyes as the sharp knife slowly move up and down on their skins...
What not to like? :p When I finally walked outside the barber shop I feel like I had just been bathed with pheromones.
Hahahah. I'm sick, I know.
Sunday, December 07, 2008
a trip to the gynecologist
So I really dont see anything wrong with going to gynecologist. Hell, it's my frickin vagina, and I have a full right to maintain it and to gain any information I want regarding my reproduction organ. But of course that positively happy view doesnt go very well in most Indonesian hospitals. Why? Because I'm not married.
This is the typical procedural questions you will hear when you go to a gynecologist:
# Mrs... or Ms?
# When was the last time you had an intercourse?
# Why aren't you married?
I can still tolerate the first question. Oh well maybe they need such information for database or administrational purpose. The second question is just a normal basic procedural question asked by gynecologist, so I dont complain, really. But the third??? WTF? Like, I dont think whatever answer I would give them would be relevant to sniff out any type of cancer they need to make a diagnose. Pfff... so next time you ever go to a gynecologist and he or she asks you the third question, just smile to them and answer:
"Because I love watermelon and ladybugs and blowing out spit bubbles."
A wonderful way to show how you understand your doctor, that is, his or her interest of playing the random question-answer game.
PS: Recently, warporcus showed me this link: http://insideindonesia.org/content/view/1150/47/ a terrible story about how fucked up our health system in Indonesia. No surprise, seriously. When irrelevant question has become a part of the standard procedural thrown by the supposedly-scholars, I know something seriously freaky is going on with the system.
Wednesday, December 03, 2008
Guys, I'm looking for a place to stay... :p
What I'm looking for:
- Luas ruangan (kalo berupa kamar kosan) minimum 4x4, atau cukup decent kalau dihuni dua orang...
- Kamar mandi di dalam
- AC (kalo bisa ada hot water juga hehehe...)
- Biaya per bulan dibawah 1.3 juta
- Lingkungan sekitar nggak rese (I hate nosy neighbourhood...)
Any recommendations, guys?
Saturday, November 29, 2008
We need your HELP! The government is barbaricly killing cats and dogs in the street!
A friend of mine told me that recently she watched on tv, bagaimana anjing dan kucing liar ditangkapi. Mereka ditangkap pake jaring terus dilempar gitu aja ke bak. Bahkan ada yang sampai berdarah-darah. Nasib selanjutnya? Maybe there'll go straight to the death chamber :(
And that's just typical! Keputusan-keputusan yang gampangan dan barbar memang rajin sekali dikeluarkan oleh pemerintah kita. I mean, negara kita sampai sekarang nggak pernah punya shelter yang benar-benar decent dan terorganisir dengan baik oleh pemerintah untuk mengurusi masalah hewan-hewan liar seperti anjing dan kucing. Ada sih, di Ragunan, tapi bahkan di sana pun hewan-hewan terancam dibunuh karena nggak ada yang mengadopsi.. Lantas, begitu populasi hewan liar mulai tidak terkontrol dan 'mengganggu' mereka di kantor-kantor pemerintahan atau istana negara, mereka dengan gampangnya ngambil solusi untuk 'bunuh-bunuhin aja!'
Padahal, sekiranya pemerintah kita cukup cerdas, populasi anjing dan kucing itu justru bisa dikontrol dengan baik dengan adanya shelter-shelter itu. Mereka disterilisasi dan dirawat serta bisa diadopsi oleh orang-orang yang menginginkan mereka. But no, tentu saja. Seperti yang saya kutip di awal entry ini, mana perduli pemerintah sama isu beginian, binatang kan nggak punya hak pilih dalam pemilu! Nggak punya hak pilih ---> nggak bisa jadi suara tambahan yang nganterin mereka ke kursi empuk ruang berAC dimana mereka bisa terbuai-buai sambil mengeruk duit rakyat.
And i'm so angry, i really am. Because sometimes I think, in this world of the fucked ups, those animals are so far better than human. As Mark Twain accurately put "Of all the creatures, man is the most detestable. He is the only creatures that inflicts pain for sport, knowing it to be pain. The fact that man knows right from wrong proves his intellectual superiority to the other creatures; but the fact that he can do wrong proves his moral inferiority to any creature that can not." Plus, seriously, I know some people who has poorer brain capacity than a mused mice, those religious militants, for instance. I would rather have myself surrounded by thousands of cats and dogs than having one of those stupid religious around.
So what can we do about it, friends? Well, razia masih berlanjut dan teman-teman kita di iCARE membuat petisi untuk diteruskan kepada pemerintah DKI Jakarta. Lo bisa ikutan petisi ini untuk menunjukkan kepedulian lo dan mencegah lebih banyak lagi kucing-kucing dan anjing-anjing yang disakiti secara barbar oleh pemerintah. Lebih lanjut, ini bisa jadi langkah awal untuk menegaskan kepada pemerintah akan perlunya pengadaan shelter untuk mengatur permasalahan hewan liar, termasuk masalah penyakit dan populasi.
Ini surat yang mereka buat untuk pemerintah. Lo bisa kopi paste surat di bawah ini dan kirimkan langsung kedki@jakarta.go.id atau ke www.bangfauzi.com di bagian 'surat anda'. Atau lo bisa tulis sendiri uneg2 lo pada pemerintah dan kirimkan langsung ke alamat tersebut. Jangan lupa CC surat yang dikirim ke iCARE di alamat icareask@yahoo.com agar jumlah surat yang terkirim bisa didata oleh mereka.
Ini contoh surat dari iCARE untuk pemerintah:
-----------------------------------------------------------------------------------------
Yth Pemerintah DKI Jakarta
Bersama surat ini saya menyatakan keberatan saya dan segenap pecinta satwa selaku Warga Negara Indonesia atas rencana Dinas Peternakan dan Perikanan DKI Jakarta yang berencana untuk memusnahkan anjing dan kucing jalanan sbb :
http://www.kompas.com/read/xml/2008/11/28/20003284/anjing.dan.kucing.liar.di.jakarta.akan.dirazia
Kami menyadari bahwa hewan jalanan dalam jumlah besar akan menimbulkan penyakit dan ketidaknyamanan bagi masyarakat, namun pembunuhan BUKAN lah jalan untuk mengatasi kelebihan populasi satwa jalanan.
Bayangkan ketika anda sudah membunuh mereka, namun tetap saja pemilik satwa yang tidak bertanggung jawab membuang satwa peliharaan ke jalan dan mereka kembali berkembang biak maka anda harus mengadakan pembunuhan massal LAGI tidak lama kemudian.
Pembunuhan memang mudah, namun tidak efektif dan menunjukkan perilaku samasekali tidak menghargai kehidupan. Anda bekerja atas nama bangsa Indonesia dan mewakili kami semua, dan apabila kejadian ini sungguh terjadi samasaja dengan mempermalukan kami dan bangsa ini.
Suatu metode untuk mengatasi permasalahan kelebihan populasi satwa jalanan yang kami anjurkan adalah dengan STERILISASI untuk mencegah lahirnya satwa yang harus tersia-sia hidupnya dijalanan.
Dengan catatan, kegiatan sterilisasi diawasi oleh pihak swasta/ LSM yang bergerak di bidang kesejahteraan satwa ( animal welfare) untuk menjamin bahwa prosedur yang digunakan sesuai dengan kaidah dalam kesejahteraan satwa .
Dengan sterilisasi maka satwa tidak akan berkembang biak dan apabila masih ada satwa yang terlewatkan untuk disterilpun, perkembangbiakan akan terhambat karena kebanyakan satwa di jalanan sudah disteril.
Bagi yang sudah terlanjur ada di jalan, sebaiknya dilakukan vaksinasi rabies secara berkala apabila masih ada ketakutan akan penyakit rabies, walaupun pulau Jawa sudah bebas rabies seperti yang telah diketahui bersama.
Dan juga himbauan dan sanksi tegas bagi para pemilik satwa yang membuang satwa di jalanan.
Semoga Jakarta dapat menjadi contoh bagi Disnak Propinsi lain sebagai Badan Pemerintah yang bermoral.
Demikian surat kami selaku pecinta satwa sekaligus Warga Negara Indonesia, semoga diperhatikan dan ditindaklanjuti sebagaimana mestinya.
Salam,
( Nama Terang)
(Alamat Rumah)
(no Telp)
(atau apasaja yang bisa membuktikan bahwa anda nyata)
" Kebesaran suatu bangsa dan perkembangan moralnya dapat dilihat melalui perlakuan mereka terhadap satwa. " Mahatma Gandhi
" The greatness of a nation and its moral progress can be judged by the way its animal are treated. " Mahatma Gandhi.
_______________________________________________________________
Kirimkan dan sebarkan sebanyak-banyaknya, teman-teman! Terima kasih sudah membantu...
Friday, November 28, 2008
Good night, good repose o good swines!
Whilst that this shadow, o me swine lord,
Doth such substance give
For I, me lord,
Locked hereth in me own chamber,
Thus far from the chamber where thou liest.
When in dead night, retire we upon solitary
Me shade, o noble swine,
Shalt hold thee till it be fair morrow
For thou mayst see daylight,
Which lead thee forth, o brave swine,
Unto me sweet kiss, the golden sun gives not.
Thursday, November 27, 2008
Change in the weather
Heard it's coming soon
There's a change in the weather
Hope this gets to you
Here's to everyone, sing along
There's a change in the weather
Don't know where to go
There's a change in the weather
Don't go to work
Here's what we say, sing along
Here's what we do, sing along
When it's closing in we're gonna hold you
And whisper sweet melodies in your ear
So you never feel lonely, lonely, lonely, lonely
*songs by The Concretes,
picture was taken from http://i247.photobucket.com/albums/gg127/jessewesse_love/sunshine.jpg